Disaat waktu terhenti, ada sebuah lubang hitam besar di dalam isi kepala dan dilubuk hati. Hidup seakan searah, monotone dan hampa. Apa yang dikerjakan tak akan ada hasil, apa yang dibicarakan tak akan tersampaikan. Melihat kegelapan dalam kegelapan; mati rasa di dalam otk hakiki. Hubungan arus tidak terjadi dua arah, proses penyampaian informasi dari sistem saraf ke pusat otak berjalan sangat lambat. Distorsi Waktu, Alvin menyebutnya, sebuah perasaan dimana kita hanya diam melihat segala sesuatu dan informasi terbang melintas di depan kita, seperti orang belajar selama dua jam, tetapi tak ada satupun informasi dan ilmu yang melekat, seakan hanya lewat begitu saja. Pada akhir distorsi akan ada sebuah perputaran cepat, dimana kita akan kembali kedalam rutinitas kita. Distorsi waktu ini terjadi karena suatu hal yang terlalu dipikirikan, terlalu mendalam, over-ambisius, over-depresi. Membuat kita merasa atau berpikir nyaman di masa lalu daripada sekarang.
Cara untuk mengatasinya adalah berpandangan jauh kedepan, menembus batas kepercayaan yang dapat membuat kita tersenyum dan bergairah, melihat kebelakang tentang apa saja yang kita perbuat, entah itu bagus atau tidak. Karena dengan melihat kebelakang sebentar adalah sebuah persiapan atau ancang-ancang kita untuk melewati lubang hitam tersebut, seperti seorang atlet yang akan mundur selangkah untuk mendapatkan pijakan agar melompat lebih tinggi. Dalam hal ini alkohol, nicotine, dan cafein tidak akan membantu banyak, hanya dorongan dan komunikasi dari sahabat yang dapat membuat anda tersenyum adalah kuncinya. Biarkan perasaan dan senyuman itu yang menutup lubang dan menembus kegelapan di diri Saya, Anda dan Dia